Rabu, 10 Maret 2021

Operasi Ten-Go, Operasi Angkatan Laut Terakhir AL Jepang

 Operasi Ten-Go


Kapal Tempur, IJN Yamato yg terserang Bom pada pertempuran Laut Sibuyan, 26 Oktober 1944

Operation Ten-Go adalah operasi Angkatan Laut besar terakhir yang diluncurkan oleh Angkatan Laut Jepang di Perang Dunia II, dengan tujuannya adalah memenangkan pertempuran decisive sebelum kalah perang/memutarbalikkan keadaan perang.

Setelah kekalahan kedua pertempuran naval besar di Battle of Phillipines Sea/Battle of Mariana Island (19-20 Juni 1944) dan Bsttle of Leyte Gulf (23-26 Oktober 1944), Kaisar Hirohito bertanya kepada panglima perangnya, apakah mereka masih mempunyai kapal perang lagi?

Jepang hampir tidak mempunyai kapal induk lagi pada 1945, dan semua kapal perang ditaruh di Kure Naval Arsenal, termasuk Super Battleship IJN Yamato. Kemudian panglima perang Jepang yang sudah tau tidak bisa melakukan apa apa lagi meluncurkan serangan bunuh diri ke armada Amerika.

Kapal Tempur, IJN Yamato yang berhasil menghindari Bom Udara Pesawat
AS

Tanggal 1 April 1945, invasi marinir Amerika ke Okinawa dimulai untuk pertama kalinya, sementara itu, seluruh Armada Gabungan Jepang, dikumpulkan menjadi satu untuk menyerang armada Amerika di Okinawa. Terdiri dari 1 kapal tempur, 1 kapal penjelajah ringan, 8 kapal penghancur, dan seratus pesawat kamikaze, mereka maju pada 7 April 1945 untuk melawan kegagahan Armada Amerika yang tidak bisa dihentikan lagi jalurnya.

Pemimpin armada Jepang adalah Seiichi Ito, dengan kapal benderanya yaitu kapal terbesar mereka yaitu IJN Yamato. Yamato, yang kehilangan adiknya Musashi, di Battle of Surigao Strait (24 Oktober 1944), bagian dari Battle of Leyte Gulf, segera dikembalikan ke Kure Naval Arsenal dan kemudian menjadi kapal bendera dari seluruh Armada Gabungan, dimana semuanya telah berkumpul disini.

Operasi ini dinamakan Operation Ten-Go, atau Operation Heaven One (Ten Ichi Go). Mereka berangkat pada 6 April 1945 dari Kure, menuju ke Okinawa untuk membantu Angkatan Darat disana. Yamato, Yahagi, dan 8 kapal penghancur berkumpul dan mencoba untuk menyelinap dari Armada Amerika. Sangat disayangkan bahwa 2 kapal selam Amerika, Threadfin dan Hackleback melihat mereka dalam perjalanan dan melapor kembali ke armada.

Armada Amerika, Fifth Fleet yang berisi Task Force 58 yang terdiri dari Essex-Class Aircraft Carrier (Essex Class berjumlah 24 dan merupakan yang terbanyak dalam sejarah), mendapat laporan tersebut dan memikirkan bagaimana mereka menghancurkan armada Jepang yang memiliki kapal Super Battleship tersebut.

Kapal Tempur, IJN Yamato ketika ia diserang oleh AU Amerika Serikat di Operasi Ten-Go
7 April 1945

 

Perintah pun diberikan oleh Wakil Laksamana Marc Mitscher, 8 kapal induk, 6 kapal tempur, 11 kapal penjelajah, 30+ kapal penghancur, dan 386 pesawat nantinya diluncurkan untuk menghancurkan sisa sisa dari Armada Gabungan Jepang.

Tanggal 7 April 1945, pagi hari, armada Jepang diikuti dan diamati oleh 2 pesawat PBM Mariner, dimana IJN Yamato menembakkan meriam 460mm (18.1 inci) nya ke mereka, tetapi tetap diikuti hingga pukul 11:30 dan berhaluan kembali ke Okinawa. Pengamatan diberikan kepada pemimpin 5th Fleet, Admiral Raymond A. Spruance, yang memilih untuk menghancurkan mereka dengan kapal tempur dari Task Force 54.

Vice Admiral Marc Mitscher, marah dengan hal tersebut dan mengatakan bahwa cara untuk menghancurkan armada mereka dengan korban rendah adalah dengan pesawat, yaitu pesawat dari Task Force 58. Usul Mitscher diterima dan TF58 bergerak ke Armada Jepang.

Pesawat dari USS Hornet, USS Belleau Wood, USS Bennington, USS San Jacinto, USS Essex, USS Hancock, USS Bunker Hill, dan USS Bataan yang berjumlah hampir 400 pesawat menyerang Armada Jepang pada pukul 12:00.

Pesawat Amerika yang terdiri dari Vought F4U Corsair, Grummann F6F Hellcat, Grummann TBF Avenger, dan Curtiss SB2C Helldiver menyerang Armada Jepang dengan Fighter F6F Hellcat & F4U Corsair menyerang duluan untuk melawan pesawat Jepang, tetapi tidak ada satupun pesawat Jepang yang muncul.

Setelah jelas bahwa Jepang tidak memiliki satupun kekuatan udara, pesawat pengebom tukik dan pengebom torpedo meluncurkan serangannya ke arah Yamato, dengan penembakan 460mm meriamnya kearah pesawat tersebut dan hampir 150 AA gun, tetapi mereka hanya menembak jatuh sedikit pesawat Amerika.

Light Cruiser Yahagi terkena torpedo duluan, tepat di ruangan mesinnya, membunuh semua krunya dan kapalnya tidak bisa bergerak. Tambahan 6 torpedo dan 12 bom membawa Yahagi kebawah laut pada 14:06.

Yamato terkena 2 bom dan 1 torpedo di babak pertama penyerangan, menyebabkan api yang besar yang tidak bisa dipadamkan. Destroyer Hamakaze kemudian tenggelam setelah rusak dan ditarik mundur. Babak kedua dan ketiga menyerang Yamato dengan total 8 torpedo dan 15 bom langsung kearah Yamato.

Yamato yang AA gunnya sudah rusak parah dan bagian bawah kapalnya sudah banjir, diserang kembali oleh 100 pesawat, membuat 3 torpedo kembali meledak di Yamato, merusak ruddernya. Pada pukul 14:00, semuanya sudah berakhir untuk Yamato.

Admiral Ito menyuruh untuk meninggalkan kapal, radio mereka sudah rusak setelah serangan, dan Ito, bersama Kapten Yamato, Kosaku Aruga menolak untuk turun dari kapal dan memilih untuk mati didalam. Pukul 14:20, Yamato sudah mulai miring dan 14:23 terdengar ledakan dari Yamato. Beberapa destroyer lain pun ikut tenggelam.

Setelah Terbalik, IJN Yamato Meledak dan membelahnya. ledakan ini juga penanda Operasi ini berakhir dimenangkan oleh AL Amerika

Pertempuran berlanjut dengan serangan kamikaze ke kapal induk Amerika, berjumlah 115 pesawat. Total 100 pesawat lebih tidak kembali dan kapal Amerika hanya rusak sedikit.

Total hanya 12 orang Amerika yang tewas dalam pertempuran udara dan laut melawan armada Jepang. 85 orang lagi tewas dalam seranga kamikaze Jepang di akhir, dan Amerika hanya kehilangan 10 pesawat. Jepang kehilangan total 4.137 orang, 1 kapal tempur, 1 kapal penjelajah ringan, 4 destroyer, dan 100 pesawat lebih. Pertempuran tersebut pun mengakhiri nasib dari seluruh Angkatan Laut Jepang dan menaikkan superioritas Amerika di Pasifik.

Referensi: 
  • Garzke, W. H.; Dulin, R. O. (1985). Battleships: Axis and Neutral Battleships in World War II. Annapolis: Naval Institute Press. ISBN 0-87021-101-3.
  • Abe, S. (1994). 特攻大和艦隊 [Special Attack Fleet Yamato] (in Japanese). Shinjuku: Tatsumi Publishing Co. ISBN 9784876022113.
  • Feifer, G. (2001). "Operation Heaven Number One". The Battle of Okinawa: The Blood and the Bomb. The Lyons Press. ISBN 1-58574-215-5.

Minggu, 21 Februari 2021

Marsekal Lapangan Erwin Rommel, Jendral Jerman yang selalu dipuji oleh Inggris

"Saya tidak menyesal memuji Rommel" inilah kutipan PM Inggris ketika Perang Dunia II, Winston Churchill ketika berpidato di Parlemen

 

Marsekal Lapangan Erwin Rommel, dengan 2 medali bergengsi Pour Le Merite (1917), dan Knight's Cross of the Iron Cross with oak leaves, swords and diamonds (1943) 

 Erwin Johannes Eugen Rommel (lahir pada 15 November 1891– meninggal pada 14 Oktober 1944) adalah seorang komandan pasukan Jerman pada era Perang Dunia II. Perdana Menteri Britania Raya Sir Winston Churchill, yang waktu itu adalah musuh bebuyutan Jerman, pernah terang-terangan memberikan salut kepada jenderal jenius ini di Parlemen. Pada akhir hayatnya ketika ditanya mengapa dia memuji musuh, Churchil mengatakan "Saya tidak menyesal memuji Rommel".


Masa muda

Erwin Rommel dilahirkan di Heidenheim, sekitar 50 km dari kota Ulm, di negara bagian Württemberg, Jerman bagian selatan. Anak kedua seorang kepala sekolah menengah di Aalen ini pada usia 14 tahun bersama teman-teman membuat sebuah pesawat layang (glider) yang berhasil terbang, meski tidak jauh. Rommel muda ingin belajar teknik, namun ayahnya tidak menyetujuinya dan menyuruhnya bergabung dengan Resimen Infantri ke-24 Württemberg sebagai kadet pada 1910 dan segera dikirim ke Sekolah Kadet Militer di Danzig.

Pada 1911, kadet Rommel berkenalan dengan Lucie Maria Mollin, yang kemudian dinikahinya pada 1916. Pada November 1911, Rommel menyelesaikan pendidikannya dan mendapat pangkat Letnan di Wehrmacht/Angkatan Darat Jerman pada Januari 1912.


Perang Dunia I

Saat pecah Perang Dunia I tahun 1914, Rommel tergabung dengan pasukan elit Alpen Korps dengan pangkat letnan dan bertugas di front barat: Perancis dan Rumania. Terluka sebanyak tiga kali, Rommel mendapat anugerah bintang jasa Iron Cross kelas satu dan kelas dua pada Januari 1915.

Pada 1917 Rommel bertugas di front Italia, dan usai memimpin penyerangan Monte Matajur dipromosikan sebagai kapten. Segera sesudahnya, Rommel dan sekelompok kecil anak buahnya merenangi Sungai Piave untuk merebut garnisun pasukan Italia di Lognaroni. Pertempuran ini menyebabkan dirinya dianugrahi bintang jasa tertinggi di Angkatan Perang Jerman, yaitu Pour le Mérite, bintang jasa yang biasanya diberikan hanya pada para jenderal. Pasukannya juga memainkan peranan penting dalam pertempuran di Caporetto, kunci kemenangan Jerman atas Angkatan Darat Italia.


Menjelang Perang Dunia II

Usai perang, Rommel tetap berdinas di Wehrmacht dan pada 1929 diangkat menjadi instruktur di Sekolah Infantri di Dresden. Pada Oktober 1935 dia naik pangkat menjadi letnan kolonel dan mulai mengajar di Akademi Militer Postdam.

Sebagai guru yang luar biasa, bahan-bahan kuliah Rommel yang bersumber dari buku hariannya selama Perang Dunia I diterbitkan sebagai buku taktik-taktik infantri (Infanterie greift an) pada 1937. Buku ini dibaca oleh Adolf Hitler yang saking terkesannya menugaskan Rommel melatih Hitler Jügend pada tahun itu. Pada tahun 1938, Rommel, yang sudah berpangkat kolonel, ditunjuk sebagai komandan Akademi Perang di Wiener Neustadt. Di sekolah itu, dia menulis buku lanjutan bukunya yang pertama (Infantry Attacks), yaitu Panzer greift an (Tank Attacks, sering diterjemahkan sebagai Tank in Attacks). Dia dipindahkan tak lama kemudian dan ditempatkan dalam batalyon pengawal pribadi Adolf Hitler (Führer-Begleitbattalion).


Rommel ketika berpangkat Kolonel (Oberst) 1937. dengan medali yg ia dapat di Perang Dunia I. ketika ia berpangkat Letnan.


Perang Dunia II

Pada musim gugur 1938, Hitler menunjuk Rommel untuk memimpin unit Wehrmacht yang bertugas melindungi kunjungannya ke Cekoslowakia yang baru saja dianeksasi Jerman. Menjelang invasi ke Polandia, Rommel dipromosikan sebagai Mayor Jenderal dan Komandan Führer-Begleitbattalion yang bertanggungjawab atas pengamanan markas besar bergerak Hitler selama invasi.


Perancis 1940

Tiga bulan setelah invasi Polandia, Rommel mendapat perintah mengomandoi Divisi Panzer ke-7 yang menginvasi Perancis pada Mei 1940. Pasukannya bergerak maju lebih cepat dan lebih jauh dari pasukan-pasukan lain dalam sejarah militer dunia dan mendapat julukan Gespenster-Division (Divisi Hantu), saking sulitnya dideteksi keberadaannya bahkan oleh markas besar Wehrmacht.

Divisi Panzer ke-7 merupakan unit pasukan Jerman pertama yang mencapai Selat Inggris pada 10 Juni 1940, Lalu dia memutar ke selatan, merebut pelabuhan penting Cherbourg pada 19 Juni, dan melaju sepanjang pesisir Perancis hingga mencapai perbatasan Spanyol.


Afrika Utara 1941-1943

Sebagai penghargaan, Rommel dipromosikan menjadi Jenderal dan panglima dari 2 divisi AD Jerman yaitu Divisi Ringan ke-5 (kemudian direorganisir dan redesain sebagai Divisi Panzer ke-21) dan Divisi Panzer ke-15, yang dikirim ke Libya pada awal 1941 untuk menolong pasukan Italia yang menderita kekalahan besar di front Afrika Utara. Pasukannya inilah cikal bakal terbentuknya Deutsches Afrika Korps. Pasukan barunya ini berhasil memukul mundur Tentara ke-8 Inggris (British 8th Army) keluar dari Tobruk di Libya. Pasukannya merangsek terus ke Mesir tapi berhasil dipatahkan di El Alamein. Begitu tentara Amerika Serikat mendarat di Maroko dan Aljazair, pasukannya ditarik mundur meninggalkan Tunisia. Kiprahnya di medan pertempuran di padang pasir Afrika Utara itu membuatnya dijuluki "Rubah Padang Pasir" ("The Desert Fox")

Kejeniusannya dalam taktik perang infantri, didukung kecanggihan teknologi panser Jerman dan kedisiplinan pasukannya yang tinggi membuat Jerman unggul. Sayang sekali, kesuksesan ini tidak terlalu mendapat tanggapan serius dari Reichführer Hitler. Kurangnya pasokan logistik, amunisi dan bahan bakar dikarenakan perhatian Hitler ke front Rusia dan upaya menyerbu Inggris serta adanya blokade Angkatan Laut Inggris di Laut Tengah menyebabkan pasukan Afrika Korps tidak mampu melanjutkan pertempuran dan terus mengalami kekalahan.

Ketika Rommel dan Stafnya mendorong mobil Kfz ketika di Front Afrika, 1941 - 1943.


Benteng Atlantik 1943-1944

Rommel yang terserang infeksi saluran pernafasan ditarik pulang ke Jerman. Ada dugaan kekalahannya di El Alamein dan penarikan mundur pasukannya dari Tobruk membuat Hitler berang. Kembali ke Jerman, Rommel sempat menganggur. Akan tetapi saat serangan Sekutu makin gencar, Rommel ditunjuk sebagai Panglima Grup B Wehrmacht, yang bertugas mempertahankan pantai Perancis dari kemungkinan invasi Sekutu. Di bawah komandonya termasuk barisan pertahanan Benteng Atlantik (Atlantic Wall) yang akhirnya tidak mampu menahan invasi Sekutu pada 6 Juni 1944.


Plot Anti-Hitler

Pada 17 Juli 1944, dalam perjalanan pulang dari front, mobil Rommel diberondong pesawat Spitfire Angkatan Udara Kanada. Rommel terluka parah dan harus menjalani perawatan di rumah sakit. Pada saat yang sama, terbongkarlah konspirasi politik yang ingin menghabisi Hitler (Plot 20 Juli). Keterlibatan beberapa orang dekatnya menyebabkan Rommel dicurigai terlibat dalam upaya kudeta tersebut. Mengingat popularitas Rommel di mata rakyat Jerman, Hitler memberinya pilihan: bunuh diri dengan menenggak sianida atau mengaku di depan pengadilan rakyat (Volksgerichtshof). Rommel memilih mengakhiri hidupnya dengan sianida pada 14 Oktober 1944 dan dimakamkan secara kebesaran militer.

Setelah usai perang, istrinya menyatakan bahwa Rommel menentang plot tersebut karena ingin menghindari anggapan generasi penerus Jerman bahwa Jerman kalah di Perang Dunia II karena Hitler ditikam dari belakang, sebagaimana halnya yang terjadi pasca Perang Dunia ke-1 manakala sebagian besar anggota Wehrmacht tidak mau menyerah begitu saja kepada Sekutu. Rommel mengusulkan kepada kelompok Plot 20 Juli untuk menangkap Hitler dan menyeretnya ke pengadilan rakyat. Sayangnya plot tersebut terbongkar lebih dahulu sebelum dilaksanakan.

Buku harian Rommel lantas diterbitkan dengan judul The Rommel's Papers. Dan pada tahun 1951, sebuah perusahaan film Inggris memproduksi film berjudul The Desert Fox. Meski sebagian besar tokoh Nazi mendapat caci-maki dan dihukum oleh Sekutu, Rommel tetap dikenang kebesarannya dan sampai saat ini merupakan satu-satunya tokoh Third Reich yang memiliki museum mengenang dirinya dan karirnya.


Marching Song untuk menghargai Rommel

Saking Rommel dianggap pahlawan oleh Jerman, sampai-sampai ada Lagu Patriotik khusus yang di dedikasikan untuk Marsekal Lapangan Erwin Rommel, sang rubah padang pasir dan pasukannya yang tergabung dalam Korps Afrika Jerman atau DAK (Deustche Afrikakorps), lagu dengan judul Unser Rommel, yang diperkirakan menjadi satu satu nya Jendral Jerman yang dijadikan lagu Patriotik atau lagu March, dengan Bait Reff yang paling terkenal “Vorwarts, mit unserem Rommel” atau jika di transliterasikan menjadi “Maju, bersama Rommel kita”, kata-kata ini menjadi penyemangat bagi Para pasukan serta seluruh satuan Korps Afrika Jerman dibawah pimpinan Erwin Rommel. Mungkin Erwin Rommel saja yang namanya dijadikan lagu Patriotik tentara jerman.


Referensi:

  • Rommel, Erwin (1982) [1953]. Liddell Hart, B. H. (ed.). The Rommel Papers
  • Mitcham, Samuel W. (2007). Rommel's Desert Commanders — The Men Who Served the Desert Fox, North Africa, 1941–42. Mechanicsburg, PA: Stackpole Books
  • Kitchen, Martin (2009). Rommel's Desert War: Waging World War II in North Africa, 1941–1943. Cambridge University Press.


Rabu, 09 Desember 2020

Penyerangan Pearl Harbour

7 Desember 1941 pukul 6 pagi (8 Desember, pukul 13.30 waktu Tokyo), Serangan yang terdiri dari 60 Kapal, 6 Kapal Induk, serta 351 Pesawat dari Pasukan Udara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang (Imperial Japanese Navy Air Service). berangkat dari 230 Mil yang berada di utara Hawaii (1). sekaligus Penyerangan Pearl Harbour ini membenarkan Teori Mitchell yang mengatakan "Pesawat dapat menenggelamkan Kapal Perang". dan membantah Teori Tradisi Angkatan Laut Jepang "Namanya perang di Angkatan Laut hanya Kapal vs Kapal seperti masa pada 1905" (2).

Serangan Pearl Harbour, 7 Desember 1941 (8 Desember 1941 Pukul 1300, waktu Tokyo)


serta membenarkan Kepercayaan Isoroku Yamamoto sebagai Panglima Armada Gabungan yang percaya dari ketika ia memimpin Divisi Kapal Induk pertama, di Flagshipnya IJN Akagi pada 1933. yang menyatakan 

USS Arizona yang tenggelam, karena serangan Jepang.


  " pada perang masa yang akan datang, tidak perlu lagi membangun kapal perang, yang hanya di perlukan hanyalah Kapal Induk serta Pesawat. (3)"

dan penyerangan ini membawa atau menarik Amerika Serikat menuju kancah Perang Dunia II, karena Amerika Serikat memakai sistem "Isolasionis" pada awal Perang Dunia II.

USS Arizona ditengah, di Kiri ada USS Tennesse dan USS West Virginia yang tenggelam


Sumber: 

(1). Iso, Masanori (1984), at Sub Bab Timing and Accuracy -- Excellent at bab Pearl Harbor dalam the End of the Imperial Japanese Navy halaman 36. Connecticut : Greenwood Press.

(2). Ojong, PK (2008). Perang Pasifik. Jakarta : Penerbit Kompas halaman 3-4

(3). Iso, Masanori (1984) the End of the Imperial Japanese Navy. halaman 50. Connecticut : Greenwood Press.


Referensi Tambahan:

- Agawa, Hiroyuki (1979). The Reluctant Admiral : Yamamoto and the Imperial Navy. New York : Kodansha America, Inc

Minggu, 01 November 2020

William Mitchell dan teorinya

William Mitchell (Namanya terkenal karena Pesawat B-25 Mitchell) adalah seorang Perwira Angkatan Darat Amerika Serikat yang lahir pada 1879. Pada tahun 1919 William Mitchell pernah meramalkan bahwa Kapal tempur bisa ditenggelamkan dengan serangan udara saja.

Tapi Petinggi atau Ahli Tentara dan Angkatan Laut tidak mempercayai dan hanya menertawakan Mitchell. Pada bulan Juli 1921, William Mitchell membuktikan teorinya. Kapal Tempur Jerman Ostfriesland dan kapal Penjelajah jerman Frankfurt yang jatuh ketangan Amerika pada akhir Perang Dunia I karena kekalahan Jerman, sebagai percobaan diserang oleh 6 Pesawat pembom yang dipimpin oleh Mitchell. Menurut banyak ahli Angkatan Laut, waktu itu Kapal Tempur Ostfriesland katanya tidak bisa ditenggelamkan.

Pada waktu itu Mitchell hanya melakukan percobaan dengan menggunakan Bom-bom biasa, dan Mitchell berhasil menenggelamkan Frankfurt dalam waktu 35 menit, dan Ostfriesland dalam waktu lebih cepat yaitu 22 setengah menit.

Percobaan ini disaksikan oleh Ahli Ahli Angkatan Laut dan menggemparkan dunia, hanya saja banyak Perwira, Kapten yang masih mempertahankan tradisi Angkatan Laut, bahkan sampai sampai William Mitchell pernah diturunkan pangkatnya dari Kolonel.

Sayangnya, Mitchell meninggal pada tahun 1936, ia juga pernah membuat ramalan bahwa “Suatu hari Minggu pagi yang terang cuacanya” bisa diduga akan ada serangan dari pihak jepang.

Benar saja Pearl Harbor diserang oleh Angkatan Laut Jepang dari udara pada Minggu pagi. Pearl Harbor dan hancurnya HMS. Prince of Wales dan Repulse telah membenarkan teori Mitchell, tapi ia sudah mati 5 tahun yang lalu.

Pada tahun 1945 Senat Amerika memberikan medali “Medal of Honor” kepada William Mitchell secara Anumerta dan menaikkan pangkatnya menjadi Mayor Jendral.

Referensi:
- Ojong, P.K. 2008. Perang Pasifik. Jakarta : Penerbit Kompas halaman 3-4
https://www.americanheritage.com/billy-mitchells-prophecy

Selasa, 18 Agustus 2020

Erich Hartmann, Pilot Ace Nazi Jerman yang paling sukses


Major Erich Hartmann

#TahukahAnda

Pilot pesawat tempur dengan skor tertinggi sepanjang masa: pilot Luftwaffe Erich Hartmann
Dikenal oleh pilot Soviet lawan di Front Timur sebagai "Iblis Hitam" karena hidung bercat hitam dari Messerschmitt Bf 109 miliknya, Hartmann bergabung dengan Luftwaffe pada usia 18. Dua tahun kemudian, ia ditugaskan ke Fighter Wing 52 yang terkenal berbasis di Maykop di Front Timur pada bulan Oktober 1942.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Selama karirnya, ia menerbangkan 1.404 serangan mendadak, terlibat dalam pertempuran udara 825 kali dan meraih 352 kemenangan. 345 kemenangannya adalah melawan Angkatan Udara Soviet dengan 260 di antaranya adalah pesawat tempur. Hartmann adalah ahli taktik penguntit dan penyergapan, lebih memilih untuk menyergap dan menembak dari jarak dekat daripada pertempuran udara.

⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Dia dianugerahi dekorasi militer tertinggi Jerman, Knight's Cross of the Iron Cross dengan Daun Oak, Pedang dan Berlian. Dia mencetak kemenangan ke-352 dan terakhirnya atas Cekoslowakia pada 8 Mei 1945, hari terakhir perang di Eropa ketika dia menembak jatuh Yak-9 Soviet yang sedang melakukan aerobatik untuk pasukan Soviet di bawah.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Dia kemudian menyerahkan unitnya ke Divisi Infanteri ke-90 AS. Setelah menghabiskan 10 tahun di kamp penjara dan gulag Soviet, dia dibebaskan pada tahun 1955 dan bergabung dengan Angkatan Udara Jerman Barat yang baru didirikan pada tahun berikutnya. Hartmann meninggal pada 20 September 1993 pada usia 71.

Referensi:
- Instagram (photos)
- Reynolds, Clark (1982). Die Luftwaffe (in German). Altville am Rhein: Time-Life Books/Bechtermünz Verlag GmbH

Sabtu, 14 Maret 2020

Napoleon Bonaparte

Kaisar Napoleon Bonaparte (Napoléon Bonaparte). nama lahir "Napoleone di Buonaparte". (15 Agustus 1769 – 5 Mei 1821) adalah seorang pemimpin militer dan politik Prancis yang menjadi terkenal saat Perang Revolusioner. Sebagai Napoleon I, dia adalah Kaisar Prancis dari tahun 1804 sampai tahun 1814, dan kembali pada tahun 1815. Napoleon berasal dari sebuah keluarga bangsawan lokal dengan nama Napoleone di Buonaparte (dalam bahasa Korsika Nabolione atau Nabulione).

Napoleon memiliki pengaruh yang besar terhadap persoalan-persoalan Eropa selama lebih dari satu dasawarsa ketika memimpin Prancis melawan koalisi dalam Perang-Perang Napoleonis. Ia memenangkan kebanyakan dari perang-perang ini dan hampir semua pertempuran-pertempurannya, dengan cepat memperoleh kendali Eropa kontinental sebelum kekalahan terakhirnya pada tahun 1815. Karena merupakan salah seorang panglima terhebat dalam sejarah, kampanye-kampanyenya dipelajari di sekolah-sekolah militer di seluruh dunia dan ia tetap salah satu tokoh politik yang paling terkenal dan memicu perdebatan dalam sejarah Barat.
Dalam persoalan-persoalan sipil, Napoleon mempunyai sebuah pengaruh yang besar dan lama dengan membawa pembaruan liberal ke negara-negara yang ia taklukkan, terutama ke Negara-Negara Rendah, Swiss, Italia, dan sebagian besar Jerman. Ia melaksanakan kebijakan-kebijakan liberal pokok di Prancis dan di seluruh Eropa Barat. Prestasi hukumnya yang kekal adalah Kitab Undang-undang Napoleon, yang telah digunakan dalam berbagai bentuk oleh seperempat sistem hukum dunia, dari Jepang sampai Quebec.
Ia menjadi siswa di Akademi Militer Brienne tahun 1779 pada usia 10 tahun, kecerdasannya membuat Napoleon lulus akademi di usia 15 tahun. Karier militernya menanjak pesat setelah dia berhasil menumpas kerusuhan yang dimotori kaum pendukung royalis dengan cara yang sangat mengejutkan: menembakkan meriam di kota Paris dari atas menara. Peristiwa itu terjadi tahun 1795 saat Napoleon berusia 26 tahun. Berbagai perang yang dimenangkannya diantaranya melawan Austria dan Prusia.
Ia menjadi siswa di Akademi Militer Brienne tahun 1779 pada usia 10 tahun, kecerdasannya membuat Napoleon lulus akademi di usia 15 tahun. Karier militernya menanjak pesat setelah dia berhasil menumpas kerusuhan yang dimotori kaum pendukung royalis dengan cara yang sangat mengejutkan: menembakkan meriam di kota Paris dari atas menara. Peristiwa itu terjadi tahun 1795 saat Napoleon berusia 26 tahun. Berbagai perang yang dimenangkannya diantaranya melawan Austria dan Prusia.
Pada masa kejayaannya, Napoleon Bonaparte menguasai hampir seluruh dataran Eropa baik dengan diplomasi maupun peperangan. Diantaranya adalah Belanda dengan diangkatnya adiknya Louis Napoleon, Spanyol dengan diangkatnya Joseph Napoleon, Swedia dengan diangkatnya Jenderal Bernadotte sebagai raja yang kemudian melakukan pengkhianatan, sebagian besar wilayah Italia yang direbut dari Austria dan Polandia dengan diangkatnya Joseph Poniatowski sebagai wali negara Polandia.

Referensi:
  • Abbott, John (2005). Life of Napoleon Bonaparte. Kessinger Publishing. ISBN 1-4179-7063-4.
  • Archer, Christon I. (2002). World History of Warfare. University of Nebraska Press. ISBN 0-8032-4423-1.
  • Amini, Iradj (2000). Napoleon and Persia. Taylor & Francis. ISBN 0-934211-58-2.
  • Dwyer, Philip (2008). Napoleon: The Path to Power. Yale University Press

Rabu, 19 Februari 2020

Ulysses S. Grant

Ulysses S. Grant, Presiden Amerika Serikat ke-18, sekaligus
Komandan Federasi Amerika saat Perang Revolusi
Ulysses S. Grant terlahir Hiram Ulysses Grant (lahir di Point Pleasant, Ohio, 27 April 1822 – meninggal di Mount McGregor, New York, 23 Juli 1885 pada umur 63 tahun) adalah seorang jenderal Amerika dan Presiden Amerika Serikat (1869–1877) yang ke-18. Ia menjabat presiden selama dua masa jabatan berturut-turut antara tahun 1869 hingga 1877.
Ulysess Grant adalah pahlawan militer ketika ia terpilih menjadi presiden. Pada 1864, ia diangkat menjadi Jenderal tertinggi oleh Presiden Abraham Lincoln dalam Perang Saudara Amerika. Pada 1865 ia menerima penyerahan Jenderal Robert Lee, panglima negara-negara bagian selatan Amerika yang memberontak, yang menandakan berakhirnya Perang Saudara. Ia dianggap yang bisa memenangkan perang ini, sebagai panglima pasukan Federal yang mengalahkan pasukan Konfederasi.
Pada tahun 1869, kala Ulysses Grant terpilih menjadi presiden, rakyat Amerika mengharapkan berakhirnya kekacauan yang terus saja timbul sesudah Perang Saudara. Tetapi Presiden Ulysses Grant tidak memberi semangat ataupun perbaikan.
Ia memimpin pemerintahan seperti ia memimpin tentara, dan pada kenyataannya ia membawa sebagian dari anggota staf tentaranya ke Gedung Putih. Ia berasal dari partai Republik. Tampil sebagai wakil presiden dalam masa kepresidenannya adalah Schuyler Colfax dan Henry Wilson[6].
Sekalipun Uysses Grant sangat jujur sebagai manusia, tetapi sebagai presiden ia banyak menerima hadiah-hadiah berharga dari berbagai kalangan. Lebih-lebih lagi, ia tidak segan-segan terlihat bergaul dengan dua orang spekulan yang terkenal karena reputasi mereka bermain spekulasi dengan maksud menguasai pasar emas.
Ketika Presiden Uysses Grant menyadari rencana mereka, ia memberi kuasa kepada Menteri Keuangan untuk menjual emas negara guna menghancurkan rencana orang tadi. Namun spekulasi mereka telah mengakibatkan kerugian dalam dunia perniagaan.
Pada tahun 1872 dalam kampanyenya untuk pemilihan kembali, Presiden Ulysses Grant diserang oleh golongan liberal Partai Republik, yang bersama-sama dengan Partai Demokrat, mengajukan calon presiden mereka. Tapi Presiden Ulysses Grant berhasil dipilih kembali.

Referensi: